Kamis, 21 Oktober 2010

artikel yg berhubungan dengan penduduk,masyarakat dan kebudayaan

                                                        NAMA: HENDY KUSUMA
                                                        NPM : 13110229
                                                        KELAS : 1KA31
                                                        MATA KULIAH : ILMU SOSIAL DASAR

Perkembangan Budaya Masyarakat Ampel Surabaya
Sebelum kita beranjak pada perkembangan kebudayaan masyarakat ampel surabaya, terlebih dahulu kita harus mengetahui sejarah awal berdirinya daerah ample. Pada awalnya, daerah ampel merupakan daerah yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit ke pada Sunan Ampel, ia membangun dan mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya.
Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Tanah Air. Sebab para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel.
Hingga kemudian Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya. Karena adanya kebiasaan dalam melakukan ziarah makam maka seringkali banyak masyarakat yang melakukan ziarah ke makam Sunan Ampel.
Pada umumnya, para penziarah ke makam Islam Sunan Ampel ini berasal dari kalangan Islam Tradisional. Ada yang dari etnis Jawa dan Madura. Sebagian lagi dari Sunda (Jawa Barat), Betawi (Jakarta) dan luar Jawa. Sedang dari kalangan Islam Modern boleh dikatakan tidak ada, bahkan menolak ziarah ke makam Sunan Ampel ini, atau ke makam para wali lainnya di Jawa.
Para penziarah yang jauh, biasanya berombongan dengan sarana transportasi bus. Hal ini merupakan bagian dari penziarahan ke makam wali di tanah Jawa. Mereka terdiri dari beragam golongan; baik lelaki, wanita, anak-anak, remaja, dewasa dan tua yang dipimpuin oleh seorang atau dua orang guru agama, ustadz, tokoh agama atau kyai. Sebagian lain, mereka datang sendirian, baik dari wilayah yang dekat maupun jauh dari makam ini.
Hingga kemudian datang imigran arab yang diperkirakan datang ke negeri ini setelah abad ke 17 M. Mereka tinggal di kantong-kantong pemukiman kota-kota pantai Jawa seperti Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang, Gresik, Surabaya, Bangil dan sebagainya.
Di antara mereka juga tinggal di kota pedalaman seperti Solo dan Yogyakarta. Sebagian kecil dari mereka bahkan ada yang tinggal di Maluku Utara, seperti Ternate, Tidore, dan juga di NTT dan Timor (dulu Timor-Tomur). Rata-rata mereka datang tanpa istri, kemudian kawin dengan warga setempat dan beranak-pinak.
Di Surabaya, jumlah penduduk keturunan Arab diperkirakan mencapai ratusan ribu orang. Umumnya mereka adalah pedagang dan sebagian kecil ulama dan para pedagang keturunan Arab itu berasal dari Hadramaut, daerah di Yaman Selatan, sebagai pedagang sekaligus menyebarkan Islam. Di Surabaya mereka mendiami wilayah padat di Kota Bawah, kawasan yang dibatasi Kalimas (sebelah barat), Sungai Pegirian (timur), Kembang Jepun (selatan), dan selat Madura (utara).
Sehingga aktivitas perdagangan yang digeluti keturunan Arab dilakukan di sekitar Masjid Sunan Ampel, kerena hal ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh ketokohan Sunan Ampel. Kebanyakan sebab utama masyarakat mendirikan toko karena banyaknya peziarah yang datang ke makam Sunan Ampel.
Meski di sekitar Masjid Ampel ada pedagang Jawa dan Madura, tapi mayoritas adalah keturunan Arab. Mereka terpusat di dua tempat, yaitu Ampel Masjid dan Ampel Suci. Rata-rata para pedagang keturunan Arab di dua tempat ini memiliki toko. Sementara para pedagang Jawa dan Madura hanya bisa berjualan di pinggir jalan dan di sela-sela toko milik para pedagang keturunan Arab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar